SUPERKOMPUTER
IBM AI WATSON-2013
Ciptaan ini membantu terapi kanker pasien di AS dan
membantu dokter untuk melakukan diagnosis.
Mulai tahun ini, untuk menentukan terapi kanker
terbaik, beberapa rumah sakit di Amerika Serikat (AS) sudah
tidak lagi diputuskan oleh dokter. Selanjutnya, komputer yang akan
memutuskan bagaimana sebuah terapi terbaik bisa dilakukan oleh
seorang pasien penyakit kanker.
Selama setahun, IBM AI Watson sebagai superkomputer
telah disokong dengan berbagai artikel jurnal, laporan
diagnosis, dan hasil tes. Kini, sistem tersebut telah siap
diaplikasikan secara klinis. Hal menarik lainnya, superkomputer
tersebut telah merekam dua juta halaman teks. Dengan pengetahuan
tersebut, IBM AI Watson telah diuji untuk terapi 1.500 pasien kanker
paru-paru.
Superkomputer ini menjadi puncak teknologi kedokteran,
sebuah profesi yang tumbuh cepat berkat komputer dalam 50 tahun
terakhir. Pencapaian ini diperoleh terutama dalam bidang diagnostik.
Hal ini sudah dimulai sejak abad ke-19 oleh Emil Heinrich du
Bois-Reymonds dalam "Research on Animal Electricity" pada
tahun 1842. Dari percobaan yang dilakukannya pada ikan, ia menemukan
bahwa aktivitas otot dalam tubuh dikendalikan oleh arus listrik.
Karya ini kemudian berjasa dalam penemuan electrocardiogram (EKG)
pertama 40 tahun kemudian.Hingga kini, EKG menjadi instrumen yang sangat penting.
Selagi du Bois-Reymonds meneliti keberadaan elektrik dalam tubuh
manusia.
Dari sini, perkembangan teknologi kedokteran semakin
cepat. Muncul Computer Tomography, MRI Scan, dan disusul laser mata
pertama. Pada tahun 1995, untuk pertama kalinya DNA dari sebuah sel
hidup dapat diurutkan walaupun hanya pada bakteri. Jika sebelumnya
proses tersebut bisa memakan banyak biaya dan menyita waktu, kini hal
tersebut dapat dilakukan lewat pocket computer hanya dalam beberapa
jam.
NANOCHIP- 2014
Teknologi ini merupakan salah satu teknologi perencanaan
di tahun 2014. AS ingin menyuntik tentara mereka dengan chip yang
bias mengirim data – data penting ke pusat computer.
Namun, banyak diagnosis yang sebenarnya memang tidak
memerlukan dokter spesialis, sehingga dapat dilakukan melalui
smartphone. Hasil tes dan data-data pasien kemudian dikirim melalui
Internet ke dokter yang menangani. Di Jerman, instansi lebih suka
menyimpan data-data pasien dalam Kartu Sehat Elektronik. Namun,
mengingat privasi data, penerapan kartu tersebut tidak berjalan
optimal.
Di masa depan, Telemedicine menuntut transparansi. Oleh
karena itu, saat ini banyak penderita penyakit yang bergabung di
berbagai forum online untuk melakukan self-help dan saling bertukar
informasi. Mereka nantinya dapat bertukar data yang dikirimkan
melalui nanochip yang ditanam dalam darah. Tentara AS berencana
menggunakan chip tersebut ketika bertugas di luar negeri.
Nantinya, chip akan mengirimkan laporan seandainya ada
tentara yang terluka sehingga paramedis dapat segera menanganinya.
Namun, chip tersebut juga dapat diaplikasikan ke dalam dunia medis.
Sebagai contoh, tanpa harus melakukan tes darah, chip tersebut dapat
mengirimkan hasil diagnosis dari pasien yang diindikasikan memiliki
penyakit diabetes.
para peneliti dari Indiana University telah
melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa hasil diagnosis komputer
30% lebih akurat dari analisis manusia.
Sumber :
http://www.chip.co.id/news/technologyfrom_the_magazine/7029/chip_timeline_teknologi_kedokteran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar